Proses Pembuatan Benang
Tugas
Akhir Bahasa Indonesia
Disusun
oleh :
Sidik
Amirulloh (12010064)
1T3
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL
BANDUNG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembuatan
benang menggunakan bahan baku yang berasal dari serat-serat alam atau
serat-serat buatan baik yang berupa stapel atau filamen. Pembuatan benang ada
bermacam-macam cara, tergantung pada bahan baku yang diolah, kemudian dalam
proses pembuatan benang banyak menggunakan alat-alat yang sulit. Namun pada
prinsipnya sama, yaitu membuat untaian serat-serat yang kontinyu dengan
diameter dan antihan tertentu sehingga kualitas benang menjadi yang diinginkan.
Pembuatan benang melalui tahapan : pembukaan gumpalan serat, penarikan serat-serat,
pemberian antihan dan penggulungan.
1.2 Tujuan
1. Untuk
mengetahui dan memahami proses pembuatan benang secara terperinci
2. Agar
pembaca bisa memahami tahapan-tahapan dalam pembuatan benang
3. Agar
pembaca bisa memahami dan mengetahui jenis-jenis benang
4. Agar
pembaca bisa memahami dan mengetahui kualitas-kualitas benang
5. Agar
pembaca mengetahui alat-alat yang digunakan dalam pembuatan benang
6. Agar
pembaca bisa mengetahui bahan baku dalam pembuatan benang
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa
yang di maksud benang ?
2. Apa
saja bahan yang digunakan dalam pembuatan benang ?
3. Sebutkan
jenis-jenis benang ?
4. Apa
saja persyaratan-persyratan untuk membuat benang ?
5. Alat
apa saja yang dipakai dalam proses pembuatan benang ?
6. Bagaimana
kualitas benang yang baik itu ?
7. Bagaimana
cara pembuatan benang ?
8. Apa
saja tahapan-tahapan dalam pembuatan benang ?
BAB II
BENANG
2.1 Sejarah Benang
Penemuan benang diawali dengan penemuan
benang sutera, benang
sutra yangdi dapat dari ulat sutera pertama
kali ditemukan oleh ratu Xi Ling-Shi ribuan taun lalu. Ceritanya, suatu hari
ketika Ratu Xi Ling-Shi sedang bertamasya, ia menemukan kepompong ulat sutra.
Karena penasaran, kepompong itupun disentuh dengan jarinya, diapun mencoba menarik selembar
benang yang keluar dari kepompong itu. Dan,sungguh menakjubkan, semakin
dia
tarik benangnya semakin panjang hingga menutupi dan membalut jarinya.
Ratupun berhenti menarik benang karena tangannya terasa panas.
Ketika benang itu habis, ratu melihat
kepompong kecil. Akhirnya dia menyadari bahwa kepompong itu merupakan sumber
benang yang disebut benang sutra. Ratu pun lalu bercerita kepada semua orang,
sehingga penemuan ini dikenal secara luas. Benang tersebut kemudian dipintal
dan dijadikan kain dan ternyata memiliki kualitas bagus. Selain sangat halus,
kain halus kain sutera juga sangat lembut hingga banyak orang yang suka.
2.2 Definisi Benang
Benang adalah susunan seratserat yang
teratur kearah memanjang dengan garis tengah dan jumlah antihan tertentu yang
diperoleh dari suatu pengolahan yang disebut pemintalan. Serat-serat yang
dipergunakan untuk membuat benang, ada yang berasal dari alam dan ada yang dari
buatan. Serat-serat tersebut ada yang mempunyai panjang terbatas (disebut stapel)
dan ada yang mempunyai panjang tidak terbatas (disebut filamen).
Benang-benang
yang dibuat dari serat-serat stapel dipintal secara mekanik, sedangkan benang-benang
filamen dipintal secara kimia. Benang-benang
tersebut, baik yang dibuat dari serat-serat alam maupun dari serat-serat buatan,
terdiri dari banyak serat stapel atau filamen. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh
benang yang fleksibel. Untuk benang-benang dengan garis tengah yang sama, dapat
dikatakan bahwa benang yang terdiri dari sejumlah serat yang halus lebih fleksibel
daripada benang yang terdiri dari serat-serat yang kasar.
2.3 Jenis Benang
2.3.1 Jenis Benang Menurut
Kategorinya
Sebenarnya terdapat beberapa kategori
jenis benang, yaitu : benang dasar, benang hias, benang spiral dan benang berstruktur.
1. Benang
Dasar (Simple Yarns)
Benang dasar adalah jenis yang paling sederhana.
Meskipun benang ini mungkin terbuat dari satu serat yang sama atau serat
campuran, jumlah pilinan pada keseluruhan panjangnya sama dan jenis ini tampak
cukup lembut serta rata. Kain yang terbuat dari benang dasar satu ukuran dengan
kandungan serat yang sama, akan menghasilkan tenunan yang lembut permukaannya
namun kurang bervariasi. Sedangkan benang dasar yang dipilih dengan cara
berlainan, atau benang dasar yamg memiliki kandungan serat berbeda, dapat
dikombinasikan dalam proses menenun untuk menghasilkan kain dengan efek
permukaan yang beragam. Dengan ini, dapat dilakukan berbagai kombinasi sehingga
menghasilkan jenis kain yang bervariasi.
2.
Benang Hias (Novelty yarns)
Benang hias biasanya dibuat berpilin dua, meskipun
terdapat beberapa jenis khusus yang diperoleh dari benang tunggal. Benang
khusus jenis ini dibuat dari dua benangtunggal atau lebih. Benang tunggal pertama berfungsi sebagai“dasar”
atau “inti” dan menjadi tempat membelitnya benang-benang tunggal lainnya.
Benang tunggal kedua akan menciptakan efek-efek khusus. Benang ketiga, menyatukan
kedua benang pertama. Bila benang dasar dibuat halus dan rata, sebaliknya
dengan benang hias dibuat tidak teratur, kadang-kadang tidak rata, agar bisa
menghasilkan kain dengan permukaan dan tekstur yang tidak lazim.
Benang-benang
hias dapat menghasilkan berbagai kain yang menarik, tetapi kain tersebut
biasanya kurang enak dipakai dibanding dengan kain permukaan halus. Ikatan pada
boucle misalnya, mudah robek. Semnetara bagian yang lebih tinggi yang
terbuat dari simpul-simpul tampak lebih using dibanding kain halus bagian
belakangnya. Terdapat banyak variasi pada benang hias, tetapi yang paling umum
digunakan adalah jenis slubbed, looped, dan knotted spiral.
a. Benang
slubbed (slubbed yarns)
Benang slubbed dibuat dengan
mengubah kadar pilih yang digunakan sehingga selembar benang akan tampak lebih
halus. Pada helaian benang, slub dapat dibentuk dalam satu benang,
sementara benang-benang lainnya digunakan untuk menahan slub itu ke bawah.
Benang yang digunakan untuk jenis kain shantung merupakan jenis slubbed dan
permukaannya yang tidak rata dibuat oleh slub benang.
b. Benang
Ikal (looped yarns)
Benang jenis ini dibuat dengan ikatan
penuh pada interval yang teratur. Boucle, merupaka salah satu contoh
benang ikal yang kerap kali digunakan untuk pakaian wanita.
c. Benang
Bersimpul (knotted/nubbed yarns)
Benang semacam ini dibuat dengan
mengatur mesin pemintalnya sehingga mesin tersebut akan melilit benang dengan sendirinya
secata terus menerus di satu tempat, hingga terbentuk suatu simpul. Kadangkala,
benang ini dibuat dengan dua warna, dan simpul yang terjadi hanmya dalam satu
warna. Kain yang ditenun dengan benang dua warna itu akan tampak memiliki
bintik berwarna yang jelas pada dasarnya.
3. Benang
Spiral
Benang spiral
dapat diperoleh dengan memilin dua benang yang memiliki ketebalan berbeda.
Biasanya, benang bermutu memiliki pilinan lebih tinggi dan lebih baik daripada
yang kasar dan benang yang lebih kasar melilit benang yang lebih baik. Berbagai
variasi dapat dilakukan tergantung pada efek yang dikehendaki pada kain yang
akan dibuat.
4. Benang
Berstruktur
Benang
bertekstur umumnya dihasilkan dari serat thermoplastic (serat yang
bentuknya dapat diatur oleh panas, yang diterapkan pada proses pembuatannya).
Serat-serat buatan mampu menyesuaikan diri terhadap panas. Pada bagian
terdahulu telah diuraikan bahwa benang akan melalui proses penyisiran agar
menjadi lurus, sehingga pada saat dibentangkan akan rapi ke satu arah. Pada
benang bertekstur serat-serat justru sengaja diacak, sehingga pada saat
dibentangkan menjadi tidak sama. Benang bertekstur dapat diikalkan pada sati
sisi atau kedua-duanya, digulung, dilipat, atau dikerut atau diolah menjadi
bulu-bulu halus (agar mengembang). Panas yang diterapkan pada titik tertentu
ketika proses pembuatan berlangsung akan menghasilkan tekstur yang dikehendaki
pada benang. Benang bahkan dapat dirajut menjadi kain, yang setelah dipanaskan
lalu ditutup sehingga benang yang dihasilkan akan memiliki bentuk dan akan
mempengaruhi permukaan kain yang dibuat dengan benang bertekstur.
2.3.2 Jenis Benang Menurut Panjang
Serat
Menerut panjang seratnya benang dapat
dibagi menjadi dua jenis yaitu benang stapel dan benang filamen.
1. Benang
Stapel
Benang stapel ialah benang yang dibuat dari
serat-serat stapel. Serat-serat stapel yang berasal dari serat alam dengan
terbatas, yaitu sesuai alamiahnya dan serat stapel yang berasal dari serat
buatan yang dipotong-potong dengan panjang tertentu. Ada
beberapa benang stapel diantaranya :
a.
Benang Stapel Pendek
Benang stapel pendek ialah benang yang
dibuat dari seratserat stapel yang pendek. Contohnya ialah benang kapas, benang
rayon dan lain-lain.
b.
Benang Stapel Sedang
Benang stapel sedang ialah benang yang
dibuat dari seratserat stapel yang panjang seratnya sedang. Contohnya ialah
benang wol, benang serat buatan.
c.
Benang Stapel Panjang
Benang stapel panjang ialah benang yang
dibuat dari seratserat stapel yang panjang. Contohnya ialah benang rosella,
benang serat nenas dan lainlain.
2. Benang
Filamen
Benang
filamen ialah benang yang dibuat dari serat filamen. Pada umumnya benang filamen
berasal dari serat-serat buatan, tetapi ada juga yang berasal dari serat alam.
Contoh benang filamen yang berasal dari serat alam ialah benang sutera. Benang
filamen yang berasal dari serat-serat buatan misalnya :
·
Benang rayon yaitu benang filamen yang
dibuat dari bahan dasar selulosa.
·
Benang nylon yaitu benang filamen yang
dibuat dari bahan dasar poliamida yang berasal dari petrokimia.
·
Benang poliakrilik yaitu benang yang
dibuat dari bahan dasar poliakrilonitril yang berasal dari petrokimia.
Ada beberapa macam benang filamen, diantaranya :
a.
Benang Monofilamen
Benang monofilamen ialah benang yang
terdiri dari satu helai filamen saja. Benang ini terutama dibuat untuk
keperluan khusus, misalnya tali pancing, senar raket, sikat, jala dan
sebagainya.
b.
Benang Multifilamen
Benang multifilamen ialah benang yang
terdiri dari seratserat filamen. Sebagian besar benang filamen dibuat dalam
bentuk multifilamen.
c.
Benang Tow
Tow ialah kumpulan dari beriburibu serat
filamen yang berasal dari ratusan spinnerette menjadi satu.
d.
Benang stretch
Benang stretch ialah benang filamen yang
termoplastik dan mempunyai sifat mulur yang besar serta mudah kembali ke
panjang semula.
e.
Benang Bulk
Benang bulk ialah benang yang mempunyai
sifat-sifat mengembang yang besar.
f.
Benang Logam
Benang logam. Benang filament umumnya
dibuat dari serat buatan, namun disamping itu ada juga yang dibuat dari logam.
Benang ini telah dipergunakan beribu-ribu tahun yang lalu. Benang yang tertua
dibuat dari logam mulia dan benangnya disebut lame. Keburukan dari benang ini
ialah : berat, mudah rusak dan warnanya mudah kusam.
2.3.3 Jenis Benang Menurut Kontruksinya
Menurut kontruksinya benang dapat dibagi
menjadi :
1. Benang
Tunggal
Benang tunggal ialah benang yang terdiri dari satu
helai benang saja. Benang ini terdiri dari susunan serat-serat yang diberi
antihan yang sama.
2. Benang
Rangkap
Benang rangkap ialah benang yang terdiri dari dua
benang tunggal atau lebih yang dirangkap menjadi satu.
3. Benang
Gintir
Benang gintir ialah benang yang dibuat dengan
menggintir dua helai benang atau lebih bersama-sama. Biasanya arah gintiran
benang gintir berlawanan dengan arah antihan benang tunggalnya. Benang yang
digintir lebih kuat daripada benang tunggalnya.
4. Benang
Tali
Benang tali ialah benang yang dibuat dengan
menggintir dua helai benang gintir atau lebih bersama-sama.
2.3.4 Jenis Benang Menurut
Pemakaiannya
Menurut pemakaiannya benang di bagi
menjadi :
1. Benang
Lusi
Benang lusi ialah benang untuk lusi, yang pada kain
tenun terletak memanjang kearah panjang kain. Dalam proses pembuatan kain,
benang ini banyak mengalami tegangan dan gesekan. Oleh karena itu, benang lusi
harus dibuat sedemikian rupa, sehingga mampu untuk menahan tegangan dan gesekan
tersebut. Untuk memperkuat benang lusi, maka jumlah antihannya harus lebih
banyak atau benangnya dirangkap dan digintir. Apabila berupa benang tunggal,
maka sebelum dipakai harus diperkuat terlebih dahulu melalui proses penganjian.
2. Benang
Pakan
Benang pakan ialah benang untuk pakan, yang pada
kain tenun terletak melintang kearah lebar kain. Benang ini mempunyai kekuatan
yang relatif lebih rendah daripada benang lusi.
3. Benang
Rajut
Benang rajut ialah benang untuk bahan kain rajut.
Benang ini mempunyai antihan / gintiran yang relatif lebih rendah daripada
benang lusi atau benang pakan.
4. Benang
Sisir
Benang sisir ialah benang yang dalam proses
pembuatannya, melalui mesin sisir (Combing machine). Nomor benang ini umumnya
berukuran sedang atau tinggi (Ne1 40 keatas) dan mempunyai kekuatan dan
kerataan yang relatif lebih baik daripada benang biasa.
5. Benang
Hias
Benang hias ialah benangbenang yang mempunyai
corakcorak atau konstruksi tertentu yang dimaksudkan sebagai hiasan. Benang ini
dibuat pada mesin pemintalan dengan suatu peralatan khusus.
6. Benang
Jahit
Benang jahit ialah benang yang dimaksudkan untuk
menjahit pakaian. Untuk pakaian tekstil benang jahit ini terdiri dari
benang-benang yang digintir dan telah diputihkan atau dicelup dan disempurnakan
secara khusus.
7. Benang
Sulam
Benang sulam ialah benangbenang yang dimaksudkan
untuk hiasan pada kain dengan cara penyulaman. Benangbenang ini umumnya telah
diberi warna, sifatnya lemas dan mempunyai efek-efek yang menarik.
2.4 Persyaratan Benang
Benang dipergunakan sebagai bahan baku
untuk membuat bermacam-macam jenis kain termasuk bahan pakaian, tali dan
sebagainya. Supaya penggunaan pada proses selanjutnya tidak mengalami kesulitan,
maka benang harus mempunyai persyaratanpersyaratan tertentu antara lain ialah :
kekuatan, kemuluran dan kerataan.
2.4.1 Kekuatan Benang
Kekuatan benang diperlukan bukan saja
untuk kekuatan kain yang dihasilkan, tetapi juga diperlukan selama proses
pembuatan kain. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kekuatan ini ialah :
1. Sifat-sifat
bahan baku dipengaruhi oleh :
a. Panjang
Serat
Makin
panjang serat yang dipergunakan untuk bahan baku pembuatan benang, makin kuat
benang yang dihasilkan.
b. Kerataan
Panjang Serat
Makin
rata serat yang dipergunakan, artinya makin kecil selisih panjang antara
masing-masing serat, makin kuat dan rata benang yang dihasilkan.
c. Kekuatan
Serat
Makin
kuat serat yang dipergunakan, makin kuat benang yang dihasilkan.
d. Kehalusan
Benang
Makin
halus serat yang dipergunakan, makin kuat benang yang dihasilkan. Kehalusan serat
ada batasnya, sebab pada serat yang terlalu halus akan mudah terbentuk neps yang
selanjutnya akan mempengaruhi kerataan benang serta kelancaran prosesnya.
2. Konstruksi
benang antara lain dipengaruhi oleh :
a. Jumlah
Antihan
Jumlah
antihan pada benang menentukan kekuatan benang, baik untuk benang tunggal
maupun benang gintir. Untuk setiap pembuatan benang tunggal, selalu diberikan
antihan seoptimal mungkin, sehingga dapat menghasilkan benang dengan kekuatan
yang maksimum. Kalau jumlah antihan kurang atau lebih dari jumlah antihan yang
telah ditentukan, maka kekuatan benang akan menurun.
b. Nomor
Benang
Jika
benang-benang dibuat dari serat-serat yang mempunyai panjang, kekuatan dan
sifat-sifat serat yang sama, maka benang yang mempunyai nomor lebih rendah,
benangnya lebih kasar dan akan mempunyai kekuatan yang lebih besar daripada
benang yang mempunyai nomor lebih besar.
2.4.2 Mulur Benang
Mulur ialah perubahan panjang benang
akibat tarikan atau biasanya dinyatakan dalam persentasi terhadap panjang
benang. Mulur benang selain menentukan kelancaran dalam pengolahan benang
selanjutnya, juga menentukan mutu kain yang akan dihasilkan. Benang yang
mulurnya sedikit akan sering putus pada pengolahan selanjutnya. Sebaliknya
benang yang terlalu banyak mulur akan menyulitkan dalam proses selanjutnya.
Kalau panjang benang sebelum ditarik = a (cm) dan panjang benang pada waktu ditarik
hingga putus = b (cm), maka mulur benang tersebut =
Mulur pada benang dipengaruhi antara lain oleh
:

a. Kemampuan
mulur dari serat yang dipakai
b. Konstruksi
dari benang
2.4.3 Kerataan Benang
Kerataan Benang stapel sangat dipengaruhi
antara lain oleh :
1. Kerataan
Panjang Serat
Makin halus dan makin panjang seratnya, makin tinggi
pula kerataannya.
2. Halus
Kasrnya Benang
Tergantung dari kehalusan serat
yang dipergunakan, makin halus benangnya makin baik kerataannya.
3. Kesalahan
Dalam Pengolahan
Makin
tidak rata panjang serat yang dipergunakan, makin sulit penyetelannya pada
mesin. Kesulitan pada penyetelan ini akan mengakibatkan benang yang dihasilkan
tidak rata.
4. Kerataan
Antihan
Antihan
yang tidak rata akan menyebabkan benang yang tidak rata pula.
5. Banyaknya
Nep
Makin
banyak nep pada benang yaitu kelompokkelompok kecil serat yang kusut yang
disebabkan oleh pengaruh pengerjaan mekanik, makin tidak rata benang yang
dihasilkan. Serat yang lebih muda dengan sendirinya akan lebih mudah kusut
dibandingkan dengan seratserat yang dewasa.
2.5 Penomoran Benang
Untuk menyatakan kehalusan suatu benang
tidak dapat dengan mengukur garis tengahnya, sebab pengukurannya diameter
sangat sulit. Biasanya untuk menyatakan kehalusan suatu benang dinyatakan
dengan perbandingan antara panjang dengan beratnya. Perbandingan tersebut
dinamakan nomor benang.
2.5.1 satuan-satuan yang digunakan
Untuk
mempermudah dalam perhitungan, terlebih dahulu harus dipelajari satuan-satuan
yang biasa dipergunakan dalam penomoran benang. Adapun satuan-satuan tersebut
adalah sebagai berikut :
Ada
beberapa cara yang dipakai untuk memberikan nomor pada benang. Beberapa negara
dan beberapa cabang industri tekstil yang besar, biasanya mempunyai cara-cara
tersendiri untuk menetapkan penomoran pada benang. Tetapi banyak negara yang
menggunakan cara-cara penomoran yang sama. Pada waktu ini, ada bermacam-macam
cara penomoran benang yang dikenal, tetapi pada dasarnya dapat dibagi menjadi
dua cara yaitu :
·
Penomoran benang secara tidak langsung
dan
·
Penomoran benang secara langsung.
2.5.2 Penomoran Benang Secara Tidak
Langsung
Pada cara ini ditentukan bahwa makin
besar (kasar) benangnya makin kecil nomornya, atau makin kecil (halus)
benangnya makin tinggi nomornya. Penomeran cara Tidak Langsung dinyatakan
sebagai berikut
1. Penomoran
Cara Kapas (Ne1)
Penomoran ini merupakan penomoran benang menurut
cara Inggris. Cara ini biasanya digunakan untuk penomoran benang kapas,
macam-macam benang stapel rayon dan benang stapel sutera. Satuan panjang yang
diguanakan ialah hank, sedang satuan beratnya ialah pound. Ne1 menunjukkan
berapa hanks panjang benang untuk setiap berat 1 pound. Penomeran cara Kapas
dinyatakan sebagai berikut:
Ne1
Penomoran
Cara Worsted (Ne3)
Penomoran
dengan cara ini dipakai untuk benang-benang wol sisir, mohair, alpaca, unta dan
cashmere. Satuan panjang yang digunakan ialah 360 yards, sedang satuan beratnya
ialah pound. Ne3 menunjukkan berapa kali 560 yards panjang benang setiap berat
1 pound. Penomeran cara Worsted dinyatakan sebagai berikut:
3. Penomoran
cara Wol (Ne2/Nc)
Penomoran dengan cara
ini digunakan untuk penomoran jute dan rami. Nc untuk : wol. Satuan panjang
yang digunakan ialah 300 yards, sedangkan satuan beratnya ialah pound. Ne 2
atau Nc menunjukkan berapa kali 300 yards panjang benang untuk setiap berat 1
pound. Penomeran cara Wol dinya takan sebagai berikut:
4. Penomoran
Cara Matrik (Nm)
Penomoran
dengan cara ini digunakan untuk penomoran segala macam benang. Satuan panjang
yang digunakan ialah meter, sedang satuan beratnya ialah gram. Nm menunjukkan
berapa meter panjang benang untuk setiap berat 1 gram. Penomeran cara Metrik
dinyatakan sebagai berikut:
5. Penomoran
Cara Perancis (Nf)
Penomoran
dengan cara ini digunakan untuk penomoran benang kapas. Satuan panjang yang
digunakan ialah meter, sedang satuan beratnya ialah gram. Nf menunjukkan berapa
meter panjang benang untuk setiap berat ½ gram. Penomeran cara Perancis
dinyatakan sebagai berikut:
6. Penomoran Cara Wol Garu (Ne4)
Penomoran
dengan cara ini digunakan untuk penomoran benang wol garu dan semacamnya.
Satuan panjang yang digunakan ialah 256 yards, sedang satuan beratnya ialah
pound. Ne4 menunjukkan berapa kali 256 yards panjang benang, untuk
setiap berat 1 pound. Penomeran cara Wol Garu dinyatakan sebagai berikut:
2.5.3 penomoran benang secara
langsung
Cara penomoran ini kebalikan dari cara
penomoran benang secara tidak langsung. Pada cara ini makin kecil (halus)
benangnya makin rendah nomornya, sedangkan makin kasar benangnya makin tinggi
nomornya. Penomeran cara Langsung dinyatakan sebagai berikut :
1. Penomoran
Cara Denier (D atau Td)
Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran
benang-benang sutera, benang filamen rayon dan benang filamen buatan lainnya.
Satuan berat yang digunakan ialah gram, sedang satuan panjangnya ialah 9000
meter. D atau Td menunjukkan berapa gram berat benang untuk setiap panjang 9000
meter. Penomeran cara Denier dinyatakan sebagai berikut:
Penomoran
Cara Tex (Tex)
Penomoran
dengan cara ini digunakan untuk penomoran segala macam benang. Satuan berat
yang digunakan ialah gram, sedangkan satuan panjangnya ialah 1000 meter. Tex
menunjukkan berapa gram berat benang untuk setiap panjang 1000 meter. Penomeran
cara Tex dinyatakan sebagai berikut:
Penomoran
Cara Jute (Ts)
Penomoran dengan cara
ini digunakan untuk penomoran benang jute. Satuan berat yang digunakan ialah
pound, sedang satuan panjangnya ialah 14.400 yard. Ts menunjukkan berapa pound berat
benang untuk setiap panjang 14.400 yards. Penomeran cara Jute dinyatakan
sebagai berikut:
BAB III
BAHAN BAKU (SERAT)
3.1 Pengertian Serat
Serat adalah suatu benda yang berbanding
panjang diameternya sangat besar sekali. Serat merupakan bahan baku yang
digunakan dalam pembuatan benang dan kain. Sebagai bahan baku dalam pembuatan
benang dan pembuatan kain, serat memegang peranan penting, sebab :
·
Sifat-sifat serat akan mempengaruhi
sifat-sifat benang atau kain yang dihasilkan.
·
Sifat-sifat serat akan mempengaruhi cara
pengolahan benang atau kain baik pengolahan secara mekanik maupun pengolahan
secara kimia.
3.2 Sejarah Perkembangan Serat
Serat dikenal orang sejak ribuan tahun
sebelum Masehi seperti pada tahun 2.640 SM Negara Cina sudah menghasilkan serat
sutera dan tahun 1.540 SM telah berdiri industri kapas di India, serat flax
pertama digunakan di Swiss pada tahun 10.000 SM dan serat wol mulai digunakan
orang di Mesopotamia pada tahun 3000 SM. Selama ribuan tahun serat flax, wol,
sutera dan kapas melayani kebutuhan manusia paling banyak. Pada awal abad ke 20
mulai diperkenalkan serat buatan hingga sekarang bermacammacam jenis serat
buatan diproduksi.
3.2.1 Produksi Serat
Produksi
serat alam dari tahun ke tahun boleh dikatakan tetap, tetapi persentase
terhadap seluruh produksi serat tekstil makin lama makin menurun mengingat
kenaikan produksi serat-serat buatan yang makin tinggi.
Hal
ini disebabkan karena :
·
Tersedianya serat alam sangat terbatas
pada lahan yang ada dan iklim.
·
Pada umumnya sifat-sifat serat buatan lebih
baik daripada serat alam.
·
Produksi serat buatan dapat diatur baik
jumlah, sifat, bentuk dan ukurannya.
3.3 Jenis-Jenis Serat
3.3.1 Serat Alam
Serat
alam merupakan serat yang di produksi oleh alam seperti tumbuhan, hewan dan
proses geologis. Ada beberapa serat alam, seperti berikut :
1. Serat
Kapas
Kapas adalah tumbuhan tahunan yang berasal dari
tanaman subtropis. Diperkirakan bahwa kapas sudah dipakai sebagai pengganti
bahan tekstil di India, Cina dan Peru pada sekitar tahun-tahun 2000-5000 SM.
Produksi kapas kemudian meluas ke Eropa melalui India, Mesir dan Spanyol.
Mula-mula di India, Tumbuh pohon-pohon secara liar yang berbuah seperti wol dengan
keindahan dan mutu yang melebihi wol dari domba. Di pertengahan abad XVIII, wol
dan kain linen lebih banyak digunakan daripada kapas. Pemakaian kapas meningkat
setelah terjadi Revolusi Industri, yaitu mulai ditemukannya mesin-mesin antara
lain adalah mesin pemisah biji kapas (cotton gin). Kemudian kapas menempati
tempat pertama dalam urutan sebagai bahan pakaian. Bahkan ketika distribusi pemakain
relatif menurun, kapas masih berperan utama sebagai bahan tekstil baik untuk
kerajinan maupun sandang. Di abad XX ini penghasil kapas nomor satu adalah
Amerika Serikat yang kemudian diikuti oleh negara-negara penghasil kapas
lainnya, seperti: Cina, India, Pakistan, Brasil, Turki, Mesir, Meksiko, Sudan
dan beberapa negara lain yang ratarata mempunyai hasil sejuta bal setiap
tahunnya.
2. Serat
Yute
Serat yang didapat dari kulit batang tanaman Corchorus capsularis dan Corchorus olitorius. Dikenal sejak zaman
Mesir Kuno. Diperkirakan yute berasal dari daerah sekitar Laut Tengah dan
kemudian banyak ditanam di Asia, terutama di India dan Pakistan. Serat yute
mempunyai kekuatan dan kilau sedang tetapi serat kasar. Digunakan sebagai bahan
pembungkus dan karung, di Industri dipakai sebagai pelapis permadani, isolasi
listrik, dan tali temali.
3. Serat
Rami
Serat yang diperoleh dari batang tanaman Boehmeria nivea, sejarah awal mula rami
diketahui melalui tulisan tua dari tahun 600 SM di daerah Cina. Sementara
berdasarkan penelitian para ahli dikatakan bahwa beberapa pembungkus mumi dari
tahun 5000–3300 SM sudah menggunakan serat rami. Serat rami berwarna sangat
putih, berkilau dan tidak berubah warnanya karena sinar matahari, serat ini
sangat tahan terhadap bakteri dan jamur.
Dimanfaatkan sebagai bahan jala, kanvas dan tali
temali. Di Jepang Serat ini dipakai sebagai benang tenunan, kimono dan kemeja.
Sangat baik digunakan sebagai bahan kerajinan dengan tenunan ATBM dan dikombinasi
sulaman.
4. Serat
Flax/Linen
Serat ini diambil dari batang Linum usitatissimum. Produksi flax
pertamatama dilakukan oleh Mesir. Benang dan kain yang dibuat dari serat flax lebih dikenal dengan nama linen.
Tanaman flax adalah salah satu tanaman
yang pertama dalam peradaban manusia dan telah ditanam lebih dari 6000 tahun
yang lalu di Timur Tengah. Kekuatan serat flax
dua kali lipat dari pada serat kapas, kilapnya baik tetapi kaku. Serat flax terutama digunakan untuk bahan
pakaian dan di Industri digunakan untuk benang jahit dan jala.
5. Serat
Henep
Serat yang diperoleh dari batang tanaman
Cannabis sativa. Diperkirakan telah
digunakan semenjak zaman pra sejarah di Asia dan Timur Tengah. Daya tarik dan
kekuatannya cukup tinggi dan dimanfaatkan sebagai tali pancing, benang jahit,
tali temali, tali pengepakan dan kanvas.
6. Rosella
(java yute)
Serat yang diperoleh dari tanaman Hisbiscus sabdariffa. Terutama ditanam
di Indonesia (Jawa Tengah dan Jawa Timur). Selain di Indonesia serat Rosela
juga ditanam di India, Bangladesh Ceylon, Filipina dan Hindia Barat
(Soepriyono, dkk, 1974).
Serat Rosela yang baik warnanya krem
sampai putih dan berkilau dengan kekuatan yang cukup baik. Serat Rosela banyak
dipakai sebagai bahan pembuat kanvas, benang permadani, kain pelapis kursi.
Saat ini kelopak bunga dari serat rosela banyak dimanfaatkan sebagai minuman
dan
obat alami.
7. Serat
Pelepah Pisang
Serat yang diperoleh dari batang atau
pelepah pisang Musa paradisiaca. Biasanya
dipilih pisang batu yang mempunyai kekuatan tinggi dan kilau warna yang baik,
panjang serat sampai 2 meter, proses pengerjaannya manual dan setelah ditenun
bisa dibuat baju, selendang, tas, tempat vas, sandal dan lain sebagainya.
8. Serat
Nenas
Diperoleh dari daun tanaman Agave sisalana, untuk memperoleh serat
ini dengan cara dikerok daunnya, serat putih dan mempunyai kekuatan seperti
sutera. Digunakan sebagai bahan sandang dan kerajinan.
9. Serat
Lidah Mertua
Diperoleh dari serat daun jenis Sansivera trifasciata. Termasuk penemuan
serat baru dan mempunyai warna putih, kilau dan kekuatannya seperti sutera.
Banyak dimanfaatkan untuk bahan kerajinan dan sandang.
10. Serat
Eceng Gondok
Serat yang diperoleh dari batang tanaman
air enceng gondok (Eichhornia crassipes
solms), yang diperoleh dengan cara tanaman enceng gondok dipotong 10 cm
dari akar dan 10 cm dari daun. Serat berwarna coklat, kuat, tahan panas dan
tahan cuci. dapat digunakan sebagai bahan baku kerajinan dan media batik.
11. Serat
Sutera
Serat ini berbentuk filamen dan dihasilkan
oleh larva ulat sutera waktu membentuk kepompong. Serat sutera adalah serat
yang diperoleh dari sejenis serangga yang disebut lepidoptera. Serat sutera
mempunyai sifat daya serapnya tinggi, kekuatanya tinggi, pegangannya lembut,
tahan kusut dan kenampakannya mewah Pemanfaatannya telah dimulai sejak kira-kira
2600 tahun sebelum masehi di negara Cina. Di Jepang ulat-ulat sutera ini
dipelihara oleh para petani di sekitar abad pertengahan. Kemudian dari dunia
perdagangan lewat maritim sutera dibawa menyebar ke Asia dan Eropa, karena
hasil dari sutera ini ternyata keuntungan yang cukup besar, selain itu
dimanfaatkan untuk pakaian wanita, kaos kaki wanita, dasi dan lain sebagainya.
12. Serat
Wol
Merupakan serat yang terpenting diantara
serat-serat binatang, berasal dari bulu biri-biri, serat berbentuk stapel atau
pendek. Wol berasal dari Asia Tengah kemudian tersebar ke Eropa Barat dan Cina
Timur melalui Babilonia dan Roma. Wol sudah dikenal sejak masa sebelum masehi.
Hal ini tertulis dalam kitab suci agama Kristen (Alkitab); baik yang berasal di
zaman sebelum Kristus lahir (Perjanjian Lama), maupun yang berasal di zaman
sesudah Kristus lahir (Perjanjian Baru). Demikian pula dalam dokumen kuno di
Negeri Cina ditemukan sejumlah tradisi mengenai wol. Dari dua kenyataan di atas
tampak bahwa peternakan-peternakan domba mempunyai sejarah yang panjang. Ada
tiga macam domba untuk bahan tekstil yaitu merino, campuran/peranakan dan domba
asli/dalam negeri. Merino menghasilkan wol halus dan di temui di Australia,
Afrika Selatan, Amerika Serikat dan Uni Soviet yang memiliki dataran yang
kering. Wol dari domba Merino adalah bahan untuk pakaian yang berbenang halus. Peranakan/campuran
menghasilkan wol yang lebih kasar dari Merino dan digunkan untuk bahan tekstil
berat, babut dan rajutan wol. Domba jenis ini dapat ditemui di Selandia Baru,
Argentina dan Australia yang memiliki daerah bercurah hujan tinggi. Domba ini banyak
diternak di Asia seperti Cina, Rusia dan Mongolia. Wol dapat digunakan sebagai
bahan baku untuk pakaian, baju hangat, selimut atau permadani, benang wol digunakan
untuk karya kerjinan tenun,tapestri, rajut dan sebagainya.
3.3.2 Serat Sintetis (Buatan)
Serat sintetis merupkan serat buatan
manusia, Serat sintetis diperoleh dengan mengolah bahan plastik. Bahan pakaian
yang terbuat dari bahan serat sintetis diantaranya nilon dan poliester.
Pakaian yang terbuat dari serat sintetis memiliki sifat, antara lain tidak
mudah kusut, kuat, tetapi tidak nyaman dipakai dan tidak menyerap
keringat. Selain itu, terdapat pula beberapa kain yang dilapisi
damar sehingga kedap air. Kain-kain seperti ini digunakan sebagai bahan
untuk membuat jas hujan, parasut, karpet, serta tenda. Adapun jenis-jenis dari serat sintesis,
seperti berikut :
1. Rayon
Asetat
Selulosa asetat dibuat oleh Schutsenberger pada
tahun 1969, dengan memanaskan selulosa dengan asetat anhidrida dalam tabung tertutup. Kain yang dibuat biasanya
untuk pakaian anak-anak karena sifatnya yang lembut.
2. Polyester
Termasuk di dalamnya trylene, dacron dan
sejenisnya. Pertama-tama ditemukan tahun 1944. Awalnya adalah atas dasar
penelitian Carothers di tahun 1941 kemudian serat polyester dikembangkan oleh
J.B. Whinfield Dickson dari Calico
Printers Associated. Pembuatan polyesther dibuat dari asam tereftalat dan etilena glicol, Dacron
dibuat dari asamnya, sedangkan trylene
dibuat dari dimetil ester asam tereftalat
dengan etilena glicol. Etilena berasal dari penguraian minyak tanah yang
dioksidasi dengan udara, menjadi etilenaoksida
yang kemudian dihidroksi menjadi etilena glikol.
Serat ini digunakan untuk kebutuhan tekstil sandang,
tirai, talitemali, jala, kain layar dan terpal. Dacron digunakan untuk pengisi bantal, boneka atau kerajinan
lainnya.
3. Poliuretan
(Spandek) dan Lycra
Serat spandek menyerupai karet, mempunyai sifat
elastis yang baik, disebabkan oleh struktur kimianya. Lycra mempunyai kelebihan tahan terhadap zat kimia, minyak dan
matahari, lycra dapat dicuci
berulangulang dengan mesin cuci pada suhu 60°C, keuntungan yang lain lycra warnanya putih dan dapat dicelup
(diwarna). Dapat digunakan untuk pakaian wanita, kaos tangan dan kaos kaki,
ikat pinggang, baju senam dan sebagainya.
4. Nylon
(Poliamida)
Pertama kali ditemukan oleh Wallace H. Carothers
pada tahun 1928. Dari bahan heksametilena diamina dan asam adipat. Nylon
mempunyai sifat elastisitas yang tinggi. Nylon 66, Nylon 610, Nylon 6 dan Nylon
7 berbeda-beda satu dengan yang lainnya karena mempunyai sifat dan manfaat yang
berbeda. Serat poliamida ternyata
cukup baik untuk dipergunakan sebagai tali parasut, tali-temali yang memerlukan
kekuatan dan daya tarik yang tinggi, benang terpal, jala, tali pancing dan
karpet, tekstil sandang dan keperluan rumah tangga.
5. Acrylic
Pembuatannya dimulai tahun 1934 dan baru diproduksi
tahun 1944. Serat buatan ini dipergunakan untuk bahan tekstil sandang, kain
rajut dan selimut. Benang acrylic
sangat banyak fariasi dan warnanya, digunakan untuk bahan kerajinan
renda,rajut, tenun dan sulam.
3.4 Persyaratan Serat untuk
dipintal
Agar
serat dapat dipintal maka serat harus memenuhi persyaratan : panjang,
kehalusan, gesekan permukaan dan kekenyalan serat.
3.4.1 Panjang Serat
Serat yang
panjang dengan sendirinya mempunyai permukaan yang lebih luas, sehingga gesekan
diantara serat-seratnya juga lebih besar. Oleh karena itu serat-serat tidak
mudah tergelincir dan benangnya menjadi lebih kuat. Dengan demikian serat-serat
dengan panjang tertentu mempunyai kemampuan untuk dapat dipintal dengan
tertentu pula. Dengan perkataan lain mempunyai daya pintal yang tertentu pula.
Daya pintal ini yang menentukan sampai nomor benang berapa serat tersebut dapat
dipintal. Jadi, penggunaan serat harus disesuaikan dengan daya pintalnya. Untuk
memudahkan pengolahan pada mesin, panjang serat paling sedikit 10 mm.
1. Penentuan
Panjang Serat dengan Tangan
Penentuan dengan cara ini banyak dilakukan untuk menentukan
panjang staple serat kapas dalam perdagangan mengingat cara ini dapat dilakukan
dengan cepat. Cara ini biasa disebut dengan Hand
Stapling dan panjang serat yang dihasilkan disebut Staple Length.
2. Penentuan
Panjang Serat dengan Alat
Penentuan dengan cara ini banyak dilakukan untuk pengontrolan
panjang serat dalam proses atau sesudah proses dan pengontrolan serat-serat lainnya
selain kapas. Alat yang digunakan adalah Bear
Sorter, akan tetapi dengan menggunakan alat ini waktu pengujiannya lama
sedang yang halus paling cepat dengan menggunakan alat Fibrografik.
3.4.2 Kekuatan Serat
Serat-serat yang mempunyai kekuatan
lebih tinggi, akan menghasilkan benang dengan kekuatan yang lebih tinggi.
Sebaliknya serat-serat dengan kekuatan rendah, akan menghasilkan benang yang
berkekuatan rendah. Dengan demikian, kekuatan serat mempunyai pengaruh langsung
terhadap kekuatan benang. Kekuatan serat kapas diasosiasikan dengan tingginya derajat
kristalinitas dan oleh sebab itu serat yang kuat akan lebih kaku daripada serat
yang sedang atau kurang kekuatannya.
1. Kekuatan
Serat Per Helai
Penentuan dengan cara ini dimaksudkan untuk
mengetahui variasi kekuatan serat, mengetahui hubungan stress dan strain yang selanjutnya
dapat diketahui sifat lain yang ada hubungannya dengan stress dan strain
tersebut.
Tetapi penentuan kekuatan serat per helai memakan
waktu yang lama. Alat yang digunakan Single Fiber Strength Tester yang
dilengkapi dengan klem dan tempat mengencangkan klem.
2. Kekuatan
Serat Bundel (Berkas)
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan tenacity atau Tensile Strength. Cara
ini sangat menguntungkan karena menghemat waktu dan tenaga disamping itu
pengujian per berkas ini untuk kapas telah berkembang karena disamping efisien
juga hasil-hasil pengujiannya lebih teliti. Alat yang digunakan Pressley Tester yang dilengkapi dengan Klem dan tempat mengencangkan Klem.
3.4.3 Kehalusan Serat
Kehalusan serat dinyatakan dengan
perbandingan antara panjang serat dengan lebarnya. Perbandingan ini harus lebih
besar dari seribu. Pada suatu penampang yang tertentu, jumlah serat-serat yang
halus akan lebih banyak dibandingkan jumlah serat-serat yang lebih kasar.
Dengan demikian permukaan gesekan untuk serat-serat yang halus lebih besar,
sehingga kemungkinan terjadinya penggelinciran juga berkurang, sehingga benang makin
kuat. Kehalusan dari serat juga adabatasnya,
karena pada serat yang berasal dari kapas yang muda akan memberikan ketidakrataan
benang. Benang yang kurang baik karena kapas yang muda, akan menimbulkan nep.
Alat yang digunakan untuk mengukur kehalusan serat adalah Micronaire atau Arealometer.
3.4.4 Gesekan Permukaan Serat
Gesekan permukaan serat mempunyai
pengaruh yang besar terhadap kekuatan benang. Makin bertambah baik gesekan
permukaannya, kemungkinan tergelincirnya serat yang satu dengan yang lain makin
berkurang, sehingga benangnya akan lebih kuat Serat yang halus biasanya
mempunyai antihan per satuan panjang yang lebih banyak dan relatif lebih
panjang sehingga gesekan permukaan seratnya juga lebih baik.
3.4.5 Kekenyalan Serat
(Elastisitas)
Serat yang baik harus memiliki
kekenyalan sehingga pada waktu serat mengalami tegangan tidak mudah putus dan
bisa kembali ke bentuk semula.
BAB IV
PENCAMPURAN SERAT
Dalam proses pencampuran serat, ada dua
macam istilah yang sering diartikan sama tetapi sebenarnya masingmasing
mempunyai pengertian yang berbeda. Perbedaan pengertian istilah tersebut
berdasarkan jenis atau macam serat yang akan dicampur. Dua istilah dalam
pencampuran tersebut adalah :
1. Blending
2. Mixing
Adapun prosesnya sebagai berikut :
4.1
Pembukaan Bungkus Bal Kapas
Setiap bal kapas yang dating dari gudang,
tidak langsung dicampur melainkan diletakkan diatas landasan kapas yang khusus
disediakan di ruangan mixing untuk tempat pembukaan pelat pembalut bal kapas.
Besi pelepas atau
gunting pemotong pelat pembalut kapas bal kapas terdiri dari dua potong besi yang
dipergunakan untuk membuka sambungan pelat besi pembalut dan kemudian pelat-pelat
pembalut ini ditarik keluar dari bal-bal kapas, sehingga bagian atas dari
balbal telah bebas dari pelat pembalutnya. Sesudah itu keatas sebuah landasan
kapas lainnya yang telah dirapatkan letaknya dengan landasan kapas yang
pertama, digulingkan dengan hati-hati bal kapas tadi sambil menahan pembalutnya
pada landasan kapas yang pertama. Kemudian kotoran-kotoran yang melekat pada
bal kapas itu dibersihkan.Apabila ini sudah selesai, maka dengan sebuah gerobak
tarik yang khusus dibuat untuk mengangkat landasan kapas, maka kapas tersebut
dibawa ke tempat penyimpanan yang telah ditentukan. Setelah sampai ditempatnya
lalu ditulis merek dari kapas tersebut pada salah satu kayu pinggiran dari
landasan kapas.
Pemasangan merek ini adalah perlu sekali
untuk memudahkan penyusunan bal-bal kapas di ruangan blowing. Selanjutnya pembalut
yang telah dilepas tadi dibawa ke ruangan tempat limbah dan kapas-kapas yang melekat
pada pembalut tersebut dilepaskan dan dikumpulkan. Kapas yang baik dan bersih
dibawa ke ruangan blowing dan yang kotor dipisahkan pada tempat yang telah
ditentukan. Pembalut dari masing-masing bal kapas dikumpulkan menjadi satu dan
ditimbang untuk mengetahui beratnya. Dengan mengurangi jumlah berat pembalut
dan bungkus ini dari jumlah berat yang dicatat oleh petugas gudang, maka kita
dapat mengetahui berat kapas yang diolah di ruangan blowing.
4.2
Penyimpanan Bal Kapas di Ruang Mixing
Bal-bal kapas yang telah dibuka itu,
tidak segera diolah diblowing, tetapi disimpan lebih dulu di ruangan mixing
selama satu malam. Maksud dari penyimpanan ini dapat dijelaskan sebagai berikut
: Kelancaran proses pembukaan dan pembersihan di mesinmesin blowing sangat
dipengaruhi oleh kondisi atau sifat-sifat seratnya antara lain ialah kepadatan
dan kandungan air. Kapas yang baru saja
dibuka masih dalam kondisi yang padat sekali sehingga sukar untuk dibuka dan
dibersihkan apabila kapas tersebut langsung disuapkan ke mesin blowing. Disamping
itu kandungan airnya mungkin tidak sesuai dengan standar yang ditentukan.
Untuk
mengatasi kesulitankesulitan tersebut diatas, maka setelah bal kapas dibuka,
pembalut dan pembungkusnya kemudian disimpan dan dibiarkan mengembang dengan sendirinya
selama satu malam. Serat kapas yang kering akan kehilangan sebagian dari
kekuatannya, sehingga kalau diolah dalam keadaan demikian, serat-serat yang
panjang akan mudah putus didalam mesin.
Hal
ini tidak akan kelihatan dengan mata, tetapi akan terbukti dari hasil pengujian,
bahwa Persentase serat pendek bertambah tinggi, sehingga kekuatan benang
menjadi berkurang. Sebaliknya jika penyimpanan ini terlalu lama, yang akan
mengakibatkan kurang baik, karena seringkali terjadi bagian atas dari bal-bal
kapas itu menjadi terlalu lembab.
Kalau
lantai ruangan mixing juga tidak kering, maka bagian bawah juga akan menjadi
terlalu lembab. Kapas yang terlalu lembab dapat menimbulkan kesukaran-kesukaran
dalam pengolahannya di mesin-mesin. Oleh karena itu ruangan mixing harus mempunyai
kondisi tertentu dan pergantian udara harus dapat berlangsung dengan bebas.
4.3
Blending
Blending ialah pencampuran antara dua
jenis serat atau lebih yang sifat-sifat dan atau harganya berbeda, dengan tujuan
untuk mendapatkan hasil benang dengan mutu dan harga yang diinginkan. Misalnya
kita akan membuat benang campuran antara serat polyester dan serat kapas dengan
perbandingan 65 % Polyester dan 35 % kapas, maka sebelum proses dikerjakan kita
sudah dapat meramalkan benang campuran yang akan dihasilkan diharapkan akan
mempunyai sifat-sifat antara lain :
·
lebih kuat
·
lebih rata
·
tahan kusut dan lain-lain
Syarat-syarat
yang perlu diperhatikan dalam blending ini antara lain adalah :
·
panjang serat
·
kehalusan serat
·
kekuatan dan mulur serat
·
Persentase perbandingan
Jadi yang diartikan dengan blending
dalam pemintalan ialah pencampuran dua macam serat atau lebih dengan
memperhatikan persyaratan diatas untuk diolah menjadi benang dengan hasil yang dapat
diramalkan sebelumnya dan kalau dikemudian hari akan membuat benang semacam itu
dapat dengan mudah dilaksanakan. Blending yang dilakukan di pabrik pemintalan di
Indonesia biasanya antara :
·
Serat Polyester dengan serat kapas
·
Serat Polyester dengan serat rayon
·
Serat kapas dengan serat buatan lainnya.
Dalam pelaksanaannya blending dapat
dilakukan antara lain pada mesin-mesin blowing, carding dan drawing. Dari
beberapa cara tersebut yang banyak dipakai ialah blending yang dilakukan pada
mesin drawing dan dalam beberapa hal juga dilakukan di mesin blowing. Blending
yang dilakukan di mesin Blowing mempunyai kelemahan-kelemahan antara lain
disebabkan karena adanya perbedaan panjang serat, jumlah kotoran, berat jenis,
sifat-sifat fisik dan mekanis lainnya antara serat polyester dan serat kapas.
Panjang serat, jumlah kotoran yang berbeda seharusnya memerlukan setting dan
tingkat pembukaan yang berbeda-beda. Serat-serat yang berat jenisnya lebih
kecil kemungkinan besar akan terhisap lebih dahulu dibandingkan dengan
seratserat yang berat jenisnya lebih besar, sehingga blending yang diharapkan
mungkin tidak dapat tercapai. Demikian pula terhadap sifat-sifat fisik dan
mekanis lainnya perlu diperhatikan.
Dari
uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya berbagai macam
perbedaan sifat-sifat serat, maka sukar sekali untuk menentukan kondisi
pengolahan yang sesuai, misalnya besarnya setting dan pukulan, kekuatan hisapan
udara, kelembaban dan sebagainya. Dengan demikian blending pada mesin blowing
biasanya hanya dilakukan apabila terdapat beberapa persamaan sifat dari serat-serat
yang dicampurkan, misalnya serat polyester dan serat rayon. Blending pada mesin
drawing biasanya dilakukan dengan cara mengatur perbandingan rangkapan dan
susunan sliver yang disuapkan pada mesin drawing passage pertama. Dengan cara
tersebut, maka Persentase campuran yang diinginkan dapat dicapai.
4.4
Mixing
Tujuan dari mixing di pemintalan ialah untuk mengurangi ketidakrataan hasil
benangnya. Mixing biasanya dilakukan terhadap
serat-serat yang sejenis. Biasanya kapas yang datang, walaupun spesifikasi
telah ditetapkan dalam pemintalan, namun dalam kenyataannya sukar dipenuhi,
mungkin disebabkan jumlah persediaan sangat terbatas. Adakalanya
walaupun grade dan panjang staple
sama dalam spesifikasinya, namun karena berasal dari berbagai daerah yang
kondisinya tidak sama, maka dimungkinkan adanya perbedaan sifat antar kapas. Supaya
hasil produksi benang yang berasal dari kapas-kapas tersebut dapat dijamin
kesamaannya, maka perlu dilakukan mixing.
Mixing dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara, antara lain :
·
Pencampuran di lantai (floor mixing).
·
Pencampuran dalam ruangan (bin mixing).
·
Pencampuran selama penyuapan.
Dari berbagai macam cara tersebut
diatas, yang banyak digunakan ialah pencampuran selama penyuapan. Pada cara
ini, biasanya disediakan ± 24 bal kapas yang disusun sekeliling feed lattice
dari mesin pembuka (Hopper Bale Breaker).
Kemudian dari setiap bal kapas diambil segumpal demi segumpal dengan tangan dan
ditaruh diatas feed lattice, selanjutnya terus masuk kedalam
mesin Hoppe Bale Breaker. Walaupun
antar blending dan mixing pada hakekatnya mengandung
pengertian yang berbeda, dalam pengertian sehari-hari sering dicampur adukkan. Blending sering diberi pengertian
apabila percampuran dilakukan terhadap jenis serat yang berbeda, sedang
percampuran beberapa macam serat kapas untuk tujuan-tujuan tertentu
dipatal-patal di Indonesia seringkali digunakan istilah mixing. Berikut ini diberikan contoh blending yang pernah
dilaksanakan dan mungkin dapat dipergunakan sebagai pedoman. Blending/mixing benang 20 ss
·
Kapas M 15/16” = 50 %
Kapas
SM 15/16” = 50 %
·
Kapas M 15/16” = 70 %
Kapas
SM 15/16” = 30 %
·
Kapas M 15/16” = 50 %
Kapas SM 15/16” = 20 %
Kapas M 1” = 15 %
Kapas SMI 1” = 15 %
·
Kapas M 15/16” = 80 %
Kapas SM 15/16” = 20 %
Percampuran-percampuran tersebut diatas
didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan teknis, dengan tujuan untuk memperlancar
jalannya produksi dan mengurangi putus benang di mesin Ring Spinning sehingga
produksi dapat meningkat dan mutu benang yang dihasilkan masih memenuhi
standar. Disamping pertimbangan teknis, pertimbangan ekonomis juga perlu
mendapat perhatian.
BAB V
PROSES PEMBUATAN BENANG
Pada dahulu, prinsip pembuatan benang
yang umumnya telah digunakan sejak jaman dahulu sampai sekarang yaitu terdiri
dari proses-proses peregangan serat, pemberian antihan dan penggulungan yang
keseluruhannya disebut proses pemintalan.
Selain
itu, proses pemintalan yang sesungguhnya, baru dilakukan setelah serat-serat
mengalami proses-proses pendahuluan misalnya pembersihan, penguraian serat dari
gumpalan-gumpalan dan lainlain. Dahulu, pembersihan dan penguraian serat hanya
dilakukan menggunakan tangan, akan tetapi sekarang sudah menggunakan
mesin-mesin yang macamnya tergantung dari pada jenis serat yang digunakan. Untuk
mempelajari macam-macam mesin yang digunakan, perlu diketahui sistem yang
digunakan pada proses pintal. Sistem-sistem itu antara lain ialah :
5.1
sisem pintal dengan flyer
Dalam system flyer digunakan alat pintal
fleyer. Alat ini terdiri dari suatu spindle yang dapat diputar melalui roda
pemutar spindel. Pada ujung spindel tersebut diterapkan flyer, sehingga bila
spindel ber putar, maka flyer juga turut ber putar. Bobin dimana poros spindel
dimasukkan, dapat ber putar bebas dan dapat diputar tersendiri melalui roda
pemutar bobin. Waktu proses berlang sung, kelompok serat melalui puncak flyer,
keluar melalui lubang saluran benang secara radial, lalu dibelitkan melalui
kait pengantar benang dari sayap flyer ke bobin untuk digulung. Bobin dan flyer
berputar sama arah nya tetapi bobbin lebih cepat, sehingga terjadi
penggulungan. Sedangkan putaran flyer dipakai untuk memberikan antihan pada
benang.
Sistem
ini digunakan untuk memintal serat-serat panjang seperti flax, henep, wol yang panjang
dan sebagainya. Dalam pembuatan benang kapas, biasanya mesin roving sebelum
mesin pintal benang yang sesungguhnya.
5.2
sistem pintal mule
Sistem pintal mule ini menggunakan
prinsip seperti pembuatan benang dengan kincir. Kalau pada pembuatan benang
dengan kincir peregangan serat-serat dan penggulungan benang dilakukan dengan
menjauhkan tangan yang memegang gumpalan serat dan mendekatkan pada spindle
pada waktu penggulungan benang, tetapi pada proses dengan sistem mule,
spindelnya yang digerakkan dan mendekatkan pada waktu penggulungan. Sistem ini
banyak digunakan untuk membuat benang dari wol yang kasar sampai yang halus.
5.3
sistem pintal cap
Cap atau topi yang berbentuk seperti bel
yang dapat diletakkan pada ujung spindle. Karena poros bobbin menyelubungi
spindel, maka bobin dapat diputar walaupun spindelnya diam. Pada spindel
diterapkan leher yang dilekatkan pada roda dimana terdapat bobin , sehingga
roda , leher dan bobin dapat berputar
bersamasama. Benang yang berasal dari rol depan melalui pengantar digulungkan
pada bobbin dengan bergeser pada bobbin Cap. Karena terjadi gesekan antara
benang dan bibir Cap, maka dengan berputarnya bobin, benang dapat tergulung.
Bibir Cap berfungsi sebagai pengantar benang. Putaran benang mengelilingi bibir
Cap, menghasilkan putaran atau antihan pada benang. Sistem ini banyak digunakan
pada pembuatan benang dari wol.
5.4
sistem pintal ring
Sistem ini yang paling banyak digunakan
untuk pembuatan benang. Di Indonesia hampir semua pabrik penghasil benang menggunakan
sistem ini. Dipakai terutama untuk seratserat yang relatif pendek, terutama
serat kapas. Prinsipnya dapat diikuti sebagai berikut, Spindel diputar melalui
pita. Bobin yang berlubang dapat dimasukkan ke spindle sedemikian, sehingga
kalau spindel berputar bobin turut pula berputar. Melingkari bobbin tersebut terdapat
ring yang terletak pada landasan ring yang dapat naik turun. Pada bibir ring
dimasukkan semacam cincin kecil berbentuk “C” yang disebut traveller dan
berfungsi sebagai pengantar benang selama penggulungan. Agar benang tidak
mengenai ujung spindel selama dipintal, maka diatas spindel dipasang pengantar
benang yang berbentuk seperti ekor babi. Benang dari rol depan melalui
pengantar benang selanjutnya digulung ke bobin yang lebih dahulu melalui
traveller.
Karena bobin berputar maka traveller turut berputar mengelilingi
bibir ring. Oleh sebab traveller mengalami gesekan,
maka putaran bobin lebih cepat dari pada traveller, sehingga terjadilah
penggulungan benang pada bobin dan bersamaan dengan itu putaran traveller
memberikan antihan pada benang.
5.5
sistem pintal open end
Sistem pintal Open-end adalah cara
pembuatan benang dimana bahan baku setelah mengalami peregangan seolah-olah
terputus (terurai kembali) sebelum menjadi benang. Berbeda dengan sistem yang
diuraikan terdahulu, maka pada sistem ini pemberian antihan tidak menggunakan
putaran spindel tetapi dengan cara lain yaitu dengan menggunakan gaya
aerodinamik yang dihasilkan oleh putaran rotor. Salah satu prinsip pemintalan Open-end
sebagai berikut :
Bahan berupa sliver masuk melalui
corong, diambil oleh rol penyuap, dimasukkan ke daerah penggarukan. Oleh rol
pengurai serat-serat diuraikan. Selanjutnya melalui pipa disalurkan ke rotor.
Oleh rotor, serat dikumpulkan sepanjang sudut bagian dalam rotor, kemudian serat-serat
masuk ke saluran dimana susunan serat-serat tersebut sudah menjadi benang yang
antihannya ditentukan oleh rotor tersebut. Oleh perbedaan putaran rotor dengan
kecepatan tarikan rol pelepas, maka terjadilah antihan dan penggulungan. Dari
rol pelepas benang digulung pada bobin di atas rol penggulung.
Dengan sistem ini produksinya jauh
lebih tinggi dari pada sistem-sistem lain. Bahan baku dalam proses pembuatan
benang adalah serat dan melalui proses pembukaan, pembersihan, peregangan dan
pemberian antihan terbentuklah benang. Ditinjau dari panjang serat yang
digunakan maka cara pembuatan benang digolongkan menjadi tiga sistem, yaitu :
·
Pembuatan Benang Sistem Serat Pendek
·
Pembuatan Benang Sistem Serat Sedang
·
Pembuatan Benang Sistem Serat Panjang
5.6
mesin-mesin pembuatan benang
Adapun mesin pembuatan benang sebagai
berikut :
1.
Mesin Blowing
Pada proses pemintalan serat staple atau serat
pendek maka bahan yang akan diproses harus melalui proses blowing karena bahan
baku serat pendek tersebut dikemas dalam bentuk bal yang merupakan serat-serat
pendek yang dipadatkan dan berbentuk kotak. Oleh karena itu maka serat serat
yang menggumpal harus diurai atau dibuka terlebih oleh mesin blowing . Adapun tujuan proses blowing adalah :
·
Mencampur serat
·
Membuka gumpalan-gumpalan serat.
·
Membersihkan kotoran-kotoran
·
Membuat gulungan lap
Untuk melakukan fungsi tersebut maka mesin blowing
terdiri dari beberapa mesin yang dirangkaikan menjadi satu. Adapun contoh
susunan mesin tersebut adalah :
a. Axifeed
Blender e.
Overhead
b. Axiflow
Cleaner f. Buckley
Cleaner
c. Cage
Section g.
Scutcher
d. Hopper
Feeder
2. Carding
Secara singkat, tujuan dari mesin Carding adalah :
a. Membuka
gumpalan-gumpalan serat lebih lanjut, sehingga serat-seratnya terurai satu sama lain.
b. Membersihkan
kotoran-kotoran yang masih ada didalam gumpalan-gumpalan serat atau yang
tersangkut sejauh mungkin.
c. Memisahkan
serat-serat yang sangat pendek dari serat-serat panjang (main fibre).
d. Membentuk
serat-serat tersebut menjadi sliver , dengan arah serat ke sumbu dari sliver.
Prinsip Mesin Carding
Proses carding dilakukan dengan melewatkan lapisan atau
gumpalan serat diantara dua permukaan yang menyerupai parut kawat yang bergerak
dengan kecepatan yang berbeda. Dengan demikian maka gumpalan-gumpalan serat
tersebut akan tergaruk dan terurai. Karena jarak antara kedua permukaan itu
sengat dekat, maka gumpalan-gumpalan kapas tersebut akan membentuk lapisan serat yang tipis dan
tersebar pada permukaan, dengan letak
serat mengarah ke arah gerakan permukaan.
Pada dasarnya, ada dua gerakan pokok pada mesin
Carding yang dilakukan oleh permukaan seperti parut yaitu Carding action
(Gerakan penguraian) dan Stripping action (gerakan pengelupasan dan pemindahan).
Perbedaan antara kedua gerakan ini terutama ditentukan oleh ujung yang tajam
dan arah serta kecepatan permukan kawat tersebut.
·
Gerakan Penguraian (Carding Action),
terjadi bila dua permukaan yang dilapisi jarum dengan arah yang berlawanan dan
bergerak dengan kecepatan yang berbeda, dengan arah putaran yang sama. Silinder
dengan kecepatan yang tinggi dan flat dengan kecepatan yang lambat. Juga
terjadi antara silinder dengan kecepatan yang tinggi dengan doffer yang
kecepatan relatih lebih lambat.
·
Gerakan pemindahan/pengelupasan
(Strippinng Action), Gerakan pemindahan/pengelupasan terjadi bila dua permukaan
yang dilapisi jarum-jarum dengan arah yang sama bergerak dengan kecepatan yang
berbeda (lambat dan cepat) dengan arah gerakan yang sama,sehingga bagian yang
tajam dari jarum pada permukaan yang bergerak cepat, seakan-akan menyapu bagian
yang tumpul dari jarum pada permukaan yang dilaluinya. Proses Stripping Action
ini terjadi antara Taker-in dengan Silinder dan Doffer dengan Doffer comb.
Dalam hal ini kecepatan silinder ralatif lebih besar dari kecepatan Taker-in, sehingga seakan
serat berpindah ke permukaan silinder. Gerakan Stripping Action ini juga terjadi
antara doffer dan doffer comb.
3. Mesin
Drawing
Pada prinsipnya mesin drawing merupakan proses
peregangan pada bahan yang berupa sliver sehingga bahan tersebut setelah
mengalami proses drawing akan mengalami pengecilan bahan, pensejajaran atau
pelurusan serat, perangkapan dan pencampuran bahan. Selain itu tekukan tekukan
yang dialami serat karena proses carding akan kembali diluruskan pada proses
ini.
Adapun tujuan
proses drawing secara umum adalah :
a. Meluruskan
dan mensejajarkan serat-serat dalam sliver ke arah sumbu dari sliver
b. Memperbaiki
kerataa berat per satuan panjang, campuran atau sifat-sifat lainnya dengan
jalan perangkapan.
c. Menyesuaikan
berat sliver per satuan panjang dengan keperluan pada proses berikutnya
Mesin drawing terbagi tiga bagian utama
yaitu :Bagian penyuapan, bagian peregangan dan bagian penampungan.
Prinsip Kerja Mesin Drawing :
Karena
berfungsi sebagai perangkapan dan pencampuran maka untuk bahan baku mesin
drawing memerlukan beberapa buah Can, kurang lebih 6 yang berisi sliver hasil
Carding atau Combing ditempatkan di bagian belakang mesin drawing, kemudian
masing-masing sliver dilalukan pada garpu pengantar sliver terus melalui
pasangan rol penyuap dan sendok pengantar sliver, traverse sliver yang dapat
begerak sendiri ke kiri dan ke kanan. Selanjutnya semua sliver di suapkan
barsama-sama kepada keempat pasangan rol-rol peregang dimana terdapat apron
pembersih. karena kecepatan permukaan rol-rol peregang berturut-turut makin
cepat, maka kapas tersebut akan mengalami penarikan dan peregangan yang
biasanya berkisar 6 sampai 8 kali, sehingga sebagian besar serat-serat menjadi
lurus dan sejajar ke arah sumbu sliver. Karena
adanya penarikan dan peregangan, maka sliver yang keluar dari rol depan akan
berukuran kurang lebih seperti sliver yang disuapkan. Sliver drawing yang
keluar dari rol depan masing-masing berbentuk seperti pita yang berdampingan
satu sama lain melalui pelat penampung terus disatukan melalui terompet, rol
penggilas , coiler dan ditampung ke dalam can yang berputar diatas turn table
seperti halnya pada mesin carding.
4. Mesin
Combing
Pada mesin combing terjadi proses penyisiran serat,
sehingga serat-serat pendek berikut kotorannya dapat dipisahkan, ujung-ujung
serat yang tertekuk diluruskan dan letak serat-seratnya menjadi sejajar satu
sama lainnya. Dengan demikian lap yang telah mengalami proses combing, hasilnya
berupa sliver yang panjang seratnya relatif sama, lebih bersih dari kotoran dan
relatif sejajar letaknya, sehingga pada proses drawing drafting seratnya dapat
lebih mudah. Agar penyisiran di mesin combing dapat berhasil baik dan efisien,
maka sliver hasil carding perlu mengalami proses peregangan pendahuluan pada
mesin pre-drawing atau sliver lap, agar serat-seratnya menjadi agak lurus untuk
disisir. Agar proses penyisiran lebih cepat, maka sliver tesebut perlu dirubah
bentuknya menjadai lap-lap kecil pada mesin bobbin lap atau lap former. Untuk
memperoleh hasil lap yang rata maka beberapa jajaran sliver dirangkap menjadi
satu sebelum digulung menjadi lap kecil.
Mesin Combing merupakan Mesin perantara mesin
Carding dan Drawing. Fungsi dari mesin Combing adalah :
a. Memisahkan
kotoran-kotoran yang masih terdapat pada sliver hasil mesin Carding.
b. Memisahkan
serat-serat pendek dengan panjang tertentu, dengan tujuan untuk memperbaiki
kerataan panjang serat.
c. Meluruskan
dan mensejajarikan serat yang lebih baik, sehingga proses regangan pada proses
berikutnya dapat dilakukan dengan mudah.
5. Mesin
Roving
Setelah mengalami proses peregangan, perangkapan,
pensejajaran dan pelurusan serat pada mesin drawing maka serat yang dalam
bentuk sliver diproses pada mesin roving. Serat-serat yang telah sejajar lurus
dan rata hasil dari proses drawing sebelum dibuat menjadi benang harus melewati
proses roving, karena pada mesin ini sliver akan mengalami pengecilan diameter (peregangan),
pemberian sedikit antihan, penggulungan dalam bobin yang sesuai dengan proses
selanjutnya (proses ring spinning). Sehingga fungsi atau tujan dari proses
roving adalah :
a. Peregangan
(drafting) pada sliver sehingga diameternya mengecil dan serat lebih sejajar
b. Pemberian
antihan (twisting) pada sliver roving untuk meningkatkan kekuatan tarik pada
saat peregangan di proses ring spinning
c. Penggulungan
(winding) sliver roving pada bobin yang sesuai untuk proses selanjutnya (ring
spinning).
Peregangan (drafting), Peregangan dilakukan oleh 3
(tiga) pasang rol peregang. Terjadinya regangan karena terdapat perbedaan
kecepatan permukaan dari rol depan (front roll) lebih besar dari pada kecepatan
permukaan rol belakang (back roll). Akibatnya sliver berubah menjadi lebih
kecil. Pada mesin roving tidak terjadi perangkapan sehinga sliver yang
dihasilkan tetap mempunyai diameter yang kecil. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan pada saat peregangan sliver roving menjadi benang pada mesin ring
spinning
Pemberian Antihan (twisting), Antihan pada roving
terjadi akibat perbedaan kecepatan putaran antara rol peregang depan dengan
putaran spindle (flyer). Pada proses ini sliver diberi antihan bertujuan untuk
memberi kekuatan tarik pada sliver walaupun jumlah antihan yang diberikan tidak
terlalu besar.
Pengulungan (winding), Penggulungan terjadi karena
kecepatan putar bobin yang lebih besar daripada kecepatan putar spinle flyer.
Walaupun arah putaran spindel dengan bobin sama tetapi karena bobin berputar
lebih cepat maka spindel akan diam relatif terhadap bobin.
6. Mesin
Ring Spinning
Mesin Spinning merupakan lanjutan dari mesin roving
yang akan merubah sliver roving menjadi benang yang diinginkan. Agar proses
pada mesin spinning berjalan dengan baik dan tidak mengalami kesulitan maka
pemberian antihan pada mesin roving diberikan secukupnya/tidak boleh terlalu
banyak. Sebab pada waktu peregangan pada mesin spinning dimana pembukaan antihan sliver roving menjadi serat-serat
yang dilakukan tidak akan mengalami kesulitan.
Proses pada mesin Spinning terbagi menjadi 3 bagian
yaitu :
a. Drafting
(peregangan), Proses penarikan serat-serat yang terjadi antara dua titik jepit
pasangan rol-rol yang berputar. Dimana kecepatan rol penariklebih cepat
daripada rol pendorongnya. Dan kecepatan rol peregang depan lebih cepat daripada
rol peregang belakang, sehingga terjadi prosses peregangan. Tujuan dari
peregangan adalah untuk mendapatkan nomer benang tertentu.
b. Twisting
(pemberi antihan), Merupakan syarat penting dalam pembuatan benang, karena
sangat menentukan kekuatan benang. Tujuannya adalah memberi sejumlah antihan
pada benang sesuai dengan nomer benang yang dipintal. Pada ring spinning twist
terjadi karena ujung benang bagian atas seolah-olah dipegang oleh pasangan rol
peregang depan dan bagian bawahnya
diputar oleh traveler.
c. Winding
(penggulungan), Terjadinya pengguluangan benang pada kain karena putaran
traveler lebih kecil daripada putaran spindle.
7. Mesin
Open End Spinning
Pada pemintalan sistem open end pembentukan
benangnya mengalami pemutusan kontinuitas antara bahan baku dengan bahan yang
dihasilkan. Penyuapan dalam sistem ini dilakukan dalam bentuk serat-serat
individu yang terbuka. Serat-serat yang disuapkan tadi akan disusun kembali
pada alur pengumpulan dilakukan dengan aliran udara. Oleh karena itulah terjadi
pemutusan bahan antara bahan yang disuapkan dengan benang yang dihasilkan.
a. Penyuapan
Bahan, Penyuapan bahan dilakukan oleh rol penyuap seperti lazimnya dan dapat di
atur kecepatannya. Bahan yang disuapkan oleh rol penyuap tadi diuraikan menjadi
serat-serat individu oleh penyisir (comber rol). Pembentukan benang akan
terjadi dengan terkumpulnya serat-serat yang disuapkan tadi pada alur pengumpul
serat.
b. Penyisiran
Serat, Penyisiran serat ini dilakukan oleh rol penyisir, yaitu suatu peralatan
berbentuk seperti taker in pada mesin carding. Oleh rol tersebut serat-serat
dari sliver diuraikan menjadi serat-serat individu. Penyisiran rol penyisir ini
akan membantu mengarahkan kedudukan serat-serat sehingga dalam perjalanan
maupun dalam penyusunan kembali serat-serat tersebut akan lebih teratur.
c. Pengumpulan
Serat dalam Rotor, Penyusunan kembali serat-serat individu pada alur pengumpul
serat merupakan permulaan pembentukan benang. Serat-serat tiba pada dinding
rotor secara tangensial dan pengambilan serat-serat tersebut sesudah menjadu
benang dilakukan secara aksial melalui bagian tengah dari dinding pemisah.
d. Pemberian
Antihan, Dalam kecepatan putaran rotor yang tinggi, cincin serat berbentuk pita
yang melingkar pada alur serat dalam rotor dapat dikatakan belum mempunyai
antihan meskipun sudah merupakan rangkaian serat-serat yang berukuran kehalusan
benang tertentu. Jika kedalam rotor, melalui lubang di tengah-tengah dinding
pemisah (separator) dimasukan benang pemancing maka ujung benang pemancing itu
akan terputar dan menempel pada cincin serat. Oleh adanya putaran ujung benang
tadi maka akan terjadi gaya puntir pada benang pemancing tersebut.
e. Penggulungan
Benang, Penggulungan benang dilakukan oleh rol penggulung beralur dalam bentuk
cheese dan ukuran besar sesuai dengan keperluan. Hal ini dilakukan demikian
karena penggulungan ini terpisah sama sekali dengan proses pemberian antihan
sehingga tidak mempengaruhi proses tersebut.
5.7
pembuatan benang kapas
Ditinjau dari segi besarnya regangan
atau urutan proses maka cara pembuatan benang kapas ada beberapa macam, yaitu :
·
Cara memintal dengan regangan biasa.
·
Cara memintal dengan regangan tinggi.
·
Cara memintal dengan regangan sangat
tinggi.
5.7.1
cara memintal dengan regangan biasa
Biasanya digunakan untuk membuat benang
yang halus yaitu benang Ne1 30 sampai dengan Ne1 150. Urutan proses dapat digambarkan
sebagai berikut:
1. Bal
Kapas
2. Blowing
& Picking
3. Carding
4. Drawing
1
5. Drawing
2
6. Drawing
3
7. Slubbing
8. Intermediate
9. Roving
10. Jack
11. Winding
12. Spinning
Pada
urutan proses diatas, terdapat tiga tahap pengerjaan di mesin drawing, hal ini bertujuan
untuk mendapatkan persentase campuran yang lebih baik.
Sedangkan proses
yang dimulai dari mesin Slubbing, Intermediate, Roving dan Jack bertujuan untuk
memberikan regangan pada sliver / roving secara bertahap, sehingga benang yang
akan dihasilkan mempunyai kerataan yang baik. Karena kurang efisien penggunaan
sistem ini sekarang jarang dijumpai lagi.
5.7.2
cara memintal dengan regangan tinggi
Cara
ini banyak dijumpai di pabrik pemintalan kapas di Indonesia. Urutan proses
dapat diurutkan sebagai berikut :
1. Bal
Kapas
2. Blowing
& Picking
3. Carding
4. Drawing
1
5. Drawing
2
6. Roving
7. Spinning
8. Winding
Perbedaannya adalah terdapat dua tahap
proses di mesin Drawing dan satu tahap proses di mesin flyer atau yang biasa
disebut simplex. Walaupun jumlah mesinnya lebih sedikit namun dapat
menghasilkan benang yang nomornya sama dan tingkat kerataan benang yang baik,
karena konstruksi mesin yang sudah lebih baik.
5.7.3
cara memintal dengan regangan sangat tinggi
Cara
ini juga banyak dijumpai di Indonesia, dengan urutan proses sebagai berikut :
1. Bal
Kapas
2. Blowing
& Picking
3. Carding
4. Drawing
1
5. Drawing
2
6. Spinning
7. Winding
Urutan proses system
super hight draft ini sangat berbeda dengan urutan proses yang lain. Perkembangan
selanjutnya merupakan bagaimana usaha untuk memperbesar produksi dengan biaya
yang sekecilkecilnya.
Dengan memperbaiki konstruksi,
menambah peralatan dan mempertinggi kecepatan dan penggunaan tenaga kerja
sedikit mungkin. Pada
saat ini telah dibuat System Hock, yaitu kapas yang telah selesai diproses di mesin Blowing tidak
digulung menjadi lap, melainkan langsung ke mesin Carding sampai dilayani oleh
pekerja lagi. Dengan urutan proses sebagai berikut :
1. Bal
Kapas
2. Blowing
& Picking
3. Carding
4. Drawing
I
5. Drawing
2
6. Roving
7. Spinning
8. Winding
Disamping
cara tersebut diatas dewasa ini telah dikenal juga sistem baru yaitu Continous Automatic
Spinning System.
Pada cara ini
mesin Blowing, Carding dan Drawing dirangkaikan menjadi satu sehingga dengan
demikian dapat mengurangi penggunaan tenaga kerja.
5.7.4
pembuatan benang sisir
Dipasaran
dikenal dua macam benang kapas yaitu : benang garu (Carded Yarn) dan benang
sisir (Combed Yarn). Pada proses pembuatan benang garu, kapas setelah melaui
proses di mesin Carding terus dikerjakan di mesin drawing seperti urutan proses
yang telah diuraikan diatas, sedangkan pada proses pembuatan benang sisir,
kapas setelah melalui proses di mesin Carding harus melalui proses di mesin
Drawing. Pada mesin Combing terjadi proses penyisipan untuk memisahkan
serat-serat pendek yang biasanya berkisar antara 12 % sampai dengan 18 %
(sesuai kebutuhan) untuk dibuang sebagai comber noil. Benang Combing biasanya
untuk keperluan kain rajut, benang jahit atau kain yang bermutu tinggi. Urutan
proses pembutan benang sisir dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Bal
Kapas
2. Blowing
& Picking
3. Carding
4. Pre
Carding
5. Super
Lap
6. Combing
7. Drawing
8. Drawing
II
9. Roving
10. Spinning
11. Winding
5.8
pembuatan benang wol
Dalam
proses pembuatan benang wol terbagi menjadi beberapa tahapan yaitu :
5.8.1
sistem pembuatan benang wol garu
Sistem pemintalan Woolen berbeda bengan
system pemintalan lainnya dan mempunyai ciri-ciri yang khusus pula, antara lain
:
·
Benangnya kasar dan empuk
·
Letak untaian serat-serat yang membentuk
benang tidak teratur
·
Mengkeret besar dan elastisitas rendah
·
Bahan baku serat wol rendah berasal dari
macammacam limbah serat, limbah benang atau limbah kain, yang kemudian digaru
dan kadang dicampur dengan serat-serat kain (misalnya serat sintetis).
Urutan proses
pemintalan benang wol garu :
1. Sortir
Bertujuan
untuk memisahkan setiap jenis bahan menurut klasifikasi tertentu agar
mendapatkan kwalitas bahan yang sama.
2. Opening
& Cleaning
Bertujuan
untuk :
a. pembukaan
setelah pencelupan
b. pembukaan
persiapan sebelum pencampuran
c. pembukaan
bahan sebelum pencucian
d. pembersihan
carbon setelah proses carbonization
e. pembersihan
kotoran-kotoran
3. Washing
Bertujuan
untuk membersihkan kotorankotoran serta minyak-minyak yang menempel pada serat wol
dan dikerjakan pada larutan sabun atau soda pada suhu 40o selama ± 6jam.
4. Drying
Proses
yang dilakukan pada :
·
pengeringan yang dilakukan terhadap
bahan yang telah mengalami proses pencucian dan karbonisasi sehingga kadar
airnya tinggal ±20
%.
·
Pengeringan persiapan karbonisasi. Pengeringan
ini hanya dilakukan pada bahan benang wol garu.
5. Carbonization
Bertujuan
untuk :
a. Memisahkan
hasil tembahan noil, limbah benang dan serat-serat lain yang mungkin tercampur,
seperti serat kapas, serat sintetis.
b. Memisahkan
kotoran-kotoran yang menempel pada serat wol antara lain kulit, biji, ranting
yang berasal dari senyawa selulosa. Proses karbonisasi dapat menggunakan
larutan asam sulfat (wol carbonization).
6. Tearing
Into Fiber
Bertujuan
untuk menguraikan serat-serat menjadi bentuk yang dapat dipintal yang berasal
dari bahan baku yang berupa limbah benang maupun limbah kain. Agar tidak terlalu
banyak serat yang putus-putus, biasanya terlebih dahulu diadakan peminyakan
terhadap bahan baku yang akan disiapkan.
Jenis
mesin yang digunakan adalah :
a.
Rag Machine
Dalam proses ini bahan yang berasal dari
limbah kain diuraikan dalam bentuk serat-serat tanpa banyak mengalami kerusakan
serat yang cukup berarti sehingga memudahkan dalam proses berikutnya.
b.
Garnett Machine
Proses
ini bertujuan agar limbah benang atau bahan yang berasal dari mesin Rag dapat
dibuka dan diuraikan.
c.
Opening Card
Bagian
bahan yang belum sempurna terbuka dan terurai pada proses mesin garnett atau
bahan sebelum pencelupan dapat lebih terbuka dan terurai dengan dikerjakan pada
mesin Carding.
7. Mixing
& Oiling
Bertujuan untuk :
a.
mendapatkan campuran yang homogen dan
setiap jenis kwalitas bahan baku yang akan diolah.
b.
mendapatkan jumlah kandungan minyak yang
merata dalam bahan.
c.
mendapatkan harga pokok bahan baku yang
rendah.
8. Carding
Bertujuan untuk :
a.
menguraikan gumpalangumpalan serat
menjadi serat-serat individu.
b.
mencampur setiap jenis bahan dengan
baik.
c.
mendapatkan sliver yang rata.
9. Ring
Spinning
Wolen Spinning dikenal dengan dua cara, yaitu :
a.
Intermitten Spinning Machine
b.
Continous Spinning Machine
yang pertama adalah Mule spinning, sedangkan yang kedua
adalah Ring Spinning.
5.8.2
pembuatan
benang wol sisir
Prinsip dasar pemintalan sistem ini sama
dengan system pemintalan kapas dan sutera. Bahan baku serat wol mengalami
pengaliran untuk menghilangkan kotoran-kotoran, pensejajaran dan pelurusan
serta pemintalan serat pendek sehingga diperoleh benang yang berkilau dan rata
permukaannya. Umumnya diperlukan serat yang panjang serta kehalusan sama.
Perbedaan utama
terhadap sistem pemintalan kapas adalah urutan prosesnya. Dalam hal ini serat
wol terlebih dahulu mengalami proses pengerjaan secara kimiawi dengan jalan
pemasakan untuk menghilangkan bekas-bekas keringat dan kotoran lain. Selain
dari pada itu jumlah susunan dan jenis urutan mesin lebih banyak sistem
pemintalan worsted, menurut sifat bahan bakunya dapat dibagi dalam dua cara,
yaitu :
·
Cara pemintalan Worsted Inggris
(Bradford)
·
Cara pemintalan Worsted Perancis
(Continental)
Umumnya
untuk serat wol panjang digunakan cara Inggris dan untuk serat wol pendek
digunakan cara Perancis.
Urutan proses
pemintalan benang wol sisir :
1. Sortir
Pemisahan atau pengelompokkan yang bertujuan untuk mendapatkan
kwalitas hasil benang yang sesuai tujuannya.
Pengelompokkan
ini didasarkan atas kehalusan, panjang, kekuatan, keriting (crimp), warna serat
dsb. Dan setiap lembaran yang berasal sari seekor biri-biri dikelompokkan
menjadi 3 – 4 kelas.
2. Washing
Bertujuan untuk menghilangkan kotorankotoran serta lemak-lemak
yang melekat pada serat wol. Pencucian dilakukan dengan menggunakan alkoli dan
sabun.
3. Drying
Serat wol yang telah mengalami pencucian kemudian
dikeringkan agar satu sama lain saling membuka.
4. Oiling
Bertujuan agar serat-serat yang telah mengalami pengeringan
tidak mudah patah/rusak (getas) pada serat proses caring dan juga menghidari
listrik statik dan serat-serat lebih lentur dan mempunyai sifat lenting yang
baik. Persentase peminyakan biasanya berkisar antara 2 – 3 % dari berat kering.
5. Carding
Bertujuan
untuk :
·
menguraikan gumpalan serat-serat wol
yang telah megalami pencucian dan pengeringan menjadi seratserat individu.
·
memisahkan serat-serat pendek dan yang
panjang serta menghilangkan kotoran-kotoran.
·
meluruskan serta mensejajarkan serat.
·
Membuat sliver atau lap.
Jenis
mesin Carding yang digunakan adalah Roller Card berbeda dengan mesin Carding
yang digunakan untuk proses kapas.
Hasil
akhir mesin Carding yang berupa sliver langsung ditampung dalam can, digulung
dalam bentuk ball atau gulungan (ball). Hasil perangkapan web dari 8 - 10 buah
mesin Carding.
6. Combing
Bertujuan
untuk :
·
memperbaiki kerataan pan jang serat.
·
Memisahkan serat-serat pendek dan
kotoran yang masih melekat dengan jalan penyi siran.
·
Mensejajarkan serta melu ruskan serat-serat.
Sliver yang dihasilkan dari proses pada mesin
Combing ini lebih rata dan biasanya disebut “TOP”.
Proses Combing ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : Cara Inggris dan
Cara Perancis Cara Perancis biasanya digunakan untuk proses serat wol merino,
sedangkan cara Inggris adalah untuk serat wol Inggris. Sebelum
proses dilanjutkan, top yang dihasilkan dari proses Combing terlebih dahulu mengalami
proses pencucian pada mesin Back Washing. Tujuan pencucian ini adalah sebagai
berikut :
·
menghilangkan kotoran-kotoran serat
minyak yang melekat agar didapatkan hasil celupan yang baik.
·
menjaga kemungkinan terja dinya
perubahan warna, karena adanya reaksi kimia dari sisa kotoran minyak bila terjadi
penyimpanan yang lama.
·
Top sebagai bahan setengah jadi yang
juga diperjualbelikan maka sedikit banyaknya harus lebih baik kuwalitasnya dan
kenampakannya.
7. Drawing
Bertujuan
untuk :
·
meluruskan serta lebih mensejajarkan
letak seratserat kearah sumbu sliver.
·
mengurangi ketidakrataan sliver dengan
jalan perangkapan. Untuk melakukan proses drawing tersebut, biasanya dilakukan
pada mesin Gil Box.
Sesuai
dengan sifat bahan baku dan hasil benang yang diinginkan proses drawing ini
dapat dilakukan dalam beberapa cara, yaitu :
1.
Fench drawing
2.
English drawing (disebut juga Brag Ford
System)
3.
Anglo-Continental drawing
4.
American drawing
5.
New English System atau Raper System
drawing
French
drawing digunakan untuk memproses dry top yang berasal dari serat wol merino
yang halus dan pendek. English drawing digunakan untuk memproses oil Top.
Anglo-Continental drawing dapat digunakan untuk memproses dry top maupun oil top.
American drawing susunannya sangat sederhana. New English System menggunakan
auto leveler sehingga menghasikan sliver yang rata dan merupakan suatu system
yang terbaru. Tujuan susunan mesin drawing serta besar nilai regangan dan jumlah
rangkapan tergantung pada cara yang digunakan serta sifat serat wol yang
diolah. Hal ini biasa digunakan pada cara Inggris dan Perancis untuk bahan
serat wol yang halus dan putih yang terdiri dari 9 susunan. Untuk serat-serat
wol medium terdiri dari 7 susunan, sedangkan untuk serat-serat wol panjang,
mohair dan lain sebagainya terdiri dari 6 susunan mesin drawing. Hasil akhir
dari mesin drawing ini merupakan Roving. Sebelum dilakukan proses drawing
pertama-tama diadakan pemilihan top. Pemilihan itu didasarkan pada kwalitas dan
harga top serta kwalitas benang yang akan dihasilkan.
8. Ring
Spinning
Sama halnya dalam proses pembuatan benang kapas, pada
proses di mesin Ring Spinning ini bertujuan untuk melaksanakan peregangan (drafting),
penggintiran (twisting) dan penggulungan (winding) terhadap roving untuk
mendapatkan benang yang rata. Karena roving dalam system worsted spinning ada
yang berasal dari cara drawing Inggris (yang mempunyai antihan) dan cara
drawing Perancis (yang tidak mempunyai antihan), maka mesin Ring spinning pun disesuaikan
dengan jenis roving yang diolah. Jenis mesin Ring spinning terdiri dari :
1. Mesin
Spinning Flyer (Flyer Spinning Frame)
2. Mesin
Spinning Cap (Cap Spinning Frame)
3. Mesin
Ring Spinning (Ring Spinning Frame)
4. Mesin
Mule Spinning (Mule Spinning Frame)
Mesin Spinning Flyer, mesin spinning Cap dan mesin
Ring Spinnng digunakan untuk mengolah roving yang berasal dari cara drawing
Inggris dan menghasikan benang yang berkilau. Mesin Ring Spinning dan mesin
Mule Spinning digunakan untuk mengolah roving yang berasal dari cara drawing
Perancis yang tidak mempunyai antihan dan menghasilkan benang yang empuk.
BAB VI
PENUTUP
6.1
Simpulan
Benang adalah hasil akhir daripada
proses pemintalan baik berupa benang alam antara lain benang kapas/katun,
ataupun benang buatan antara lain benang nilon, poliester, sesuai dengan asal
dari seratnya. Benang terbagi menjdi beberapa jenis seperti benang menurut
panjang seratnya, menurut kategorinya, menurut kontruksinya dan jenis benang
menurut pemakaiannya. Dalam prosesnya benang terbagi menjadi beberapa tahapan
terus secara kualitas benang tergantung dari syarat serat yang dipintal.
6.2
Saran
bagi pembaca apabila mau membuat benang
hati-hati dalam proses pembuatan benang, harus tahap-demi tahap dan lebih
hati-hati dalam pengerjaannya. Selain itu masih diperlukan juga pengembangan untuk
ilmu pengetahuan dan teknologi Pembuatan Benang.
{ 5 komentar... read them below or add one }
halo kak, kunjungi website kami http://www.kaosyes.com menyediakan grosir kaos polos berbahan katun yang berkualitas.
Saya menjual produk Pelumas/Oli dan Grease/Gemuk untuk sektor Industri.
Oli yang kami pasarkan diantaranya untuk aplikasi : Diesel Engine Oil, Transmission Oil, Gear Oil, Compressor Oil, Hydraulic Oil, Circulating & Bearing, Heat Transfer Oil, Slideway Oil, Turbine Oil, Trafo Oil, Metal Working Fluid, Synthetic Oil, Corrosion Preventive, Wire Rope, Specialities Oil dan aneka Grease/Untuk info lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di email tommy.transcal@gmail.com
WA:0813-1084-9918
Terima kasih
Ini adalah Bpk. Benjamin yang menghubungi rincian Email, lfdsloans@outlook.com. / lfdsloans@lemeridianfds.com Atau Whatsapp 1 989-394-3740 yang membantu saya dengan pinjaman 90.000,00 Euro untuk memulai bisnis saya dan saya sangat bersyukur, sangat sulit bagi saya di sini untuk mencoba membuat hal-hal sebagai ibu tunggal tidak mudah dengan saya tetapi dengan bantuan Le_Meridian memberikan senyum di wajah saya ketika saya melihat bisnis saya tumbuh lebih kuat dan berkembang juga. Saya tahu Anda mungkin terkejut mengapa saya meletakkan hal-hal seperti ini di sini tetapi saya benar-benar harus mengucapkan terima kasih jadi siapa pun yang mencari bantuan keuangan atau melalui kesulitan dengan bisnis yang ada atau ingin memulai proyek bisnis dapat melihat hal ini dan memiliki harapan untuk keluar dari kesulitan..Terima Kasih.
Mohon izin copas ya. Terima kasih
Informasi lengkap, walaupun tanpa gambar. Izin merangkum sebagian, yaa.
Terima kasih.
Posting Komentar